Definisi, Jenis, dan Macam Frasa
Kalimat terdiri atas beberapa
satuan. Satuan-satuan tersebut terdiri atas satu kata atau lebih. Satuan
pembentuk kalimat tersebut menempati fungsi tertentu. Fungsi yang dimaksud,
yaitu Subjek (S), Predikat (P), Objek (O), Pelengkap (Pel.), dan Keterangan
(Ket.). Fungsi-fungsi tersebut boleh ada atau tidak dalam suatu kalimat. Fungsi
yang wajib ada, yaitu subjek dan predikat. Fungsi dalam kalimat dapat terdiri
atas kata, frasa, maupun klausa.
Definisi Frasa
Jadi apa arti frasa? Frasa adalah
satuan yang terdiri atas dua kata atau lebih yang menduduki satu fungsi
kalimat.
Contoh frasa: Dua orang mahasiswa
baru itu sedang membaca buku di perpustakaan.
Perhatikan penjabaran fungsi kalimat
di atas:
Dua orang mahasiswa (S)
sedang membaca (P)
di perpustakaan (Ket. tempat)
sedang membaca (P)
di perpustakaan (Ket. tempat)
Kalimat di atas terdiri atas tiga
frasa, yaitu "dua orang mahasiswa," "sedang membaca," dan
"di perpustakaan".
Jadi, frasa memiliki sifat sebagai
berikut:
1. Frasa terdiri atas dua kata atau
lebih.
2. Frasa selalu menduduki satu
fungsi kalimat.
A. Kategori Frasa
1. Frasa Setara dan Frasa Bertingkat
Sebuah frasa dikatakan setara jika
unsur-unsur pembentuknya berkedudukan sederajat atau setara.
Contoh: Saya dan adik makan-makan
dan minum-minum di taman depan.
Frasa "saya dan adik"
adalah frasa setara, sebab antara unsur "saya" dan unsur
"adik" memunyai kedudukan yang setara atau tidak saling menjelaskan.
Demikian juga frasa "makan-makan" dan "minum-minum"
termasuk frasa setara. Frasa setara ditandai oleh adanya kata "dan"
atau "atau" di antara kedua unsurnya. Selain frasa setara, ada pula
frasa bertingkat. Frasa bertingkat adalah frasa yang terdiri atas inti dan
atribut.
Contoh: Ayah akan pergi nanti malam.
Frasa "nanti malam"
terdiri atas unsur atribut dan inti.
2. Frasa Idiomatik
Perhatikan kalimat-kalimat berikut
ini:
(1) Dalam peristiwa kebakaran
kemarin, seorang penjaga toko menjadi kambing hitam.
(2) Untuk menyelamati saudaranya,
keluarga Pinto menyembelih seekor kambing hitam.
Kalimat (1) dan (2) menggunakan
frasa yang sama, yaitu frasa "kambing hitam". Kambing hitam pada
kalimat (1) bermakna orang yang dipersalahkan dalam suatu peristiwa, sedangkan
dalam kalimat (2) bermakna seekor kambing yang warna bulunya hitam.
Makna "kambing hitam" pada
kalimat (1) tidak ada kaitannya dengan makna kata "kambing" dan kata
"hitam". Frasa yang maknanya tidak dapat dirunut atau dijelaskan
berdasarkan makna kata-kata yang membentuknya dinamakan frasa idiomatik.
B. Konstruksi Frasa
Frasa memiliki dua konstruksi, yakni
konstruksi endosentrik dan eksosentrik.
Perhatikan kalimat berikut: Kedua
saudagar itu telah mengadakan jual beli.
Kalimat di atas terdiri atas frasa
"kedua saudagar itu", "telah mengadakan", dan "jual
beli". Menurut distribusinya, frasa "kedua saudagar itu" dan
"telah mengadakan" merupakan frasa endosentrik. Sebaliknya, frasa
"jual beli" merupakan frasa eksosentrik.
Frasa "kedua saudagar itu"
dapat diwakili kata "saudagar". Kata "saudagar" adalah inti
frasa bertingkat "kedua saudagar itu". Demikian juga frasa
"telah mengadakan" dapat diwakili kata "mengadakan". Akan
tetapi, frasa "jual beli" tidak dapat diwakili baik oleh kata
"jual" maupun kata "beli". Hal ini disebabkan frasa
"jual beli" tidak memiliki distribusi yang sama dengan kata
"jual" dan kata "beli". Kedua kata tersebut merupakan inti,
sehingga memunyai kedudukan yang sama.
Dari contoh tersebut dapat diketahui
bahwa frasa "kedua saudagar itu" berdistribusi sama dengan frasa
"saudagar itu" dan kata "saudagar". Frasa "telah
mengadakan" berdistribusi sama dengan "mengadakan". Frasa yang
distribusinya sama dengan salah satu atau semua unsurnya dinamakan frasa
endosentrik. Frasa yang distribusinya tidak sama dengan salah satu atau semua
unsurnya disebut frasa eksosentrik. Frasa "jual beli" termasuk frasa
eksosentrik karena baik kata "jual" maupun kata "beli"
tidak dapat menggantikan "jual beli".
Frasa endosentrik meliputi beberapa
macam frasa:
1. Frasa endosentrik yang
koordinatif: frasa ini dihubungkan dengan kata "dan" dan
"atau".
Contoh: Pintu dan jendelanya sedang dicat.
2. Frasa Endosentrik yang Atributif:
frasa ini terdiri atas unsur-unsur yang tidak setara.
Contoh: Pekarangan luas yang akan
didirikan bangunan itu milik Haji Abdulah.
3. Frasa endosentrik yang apositif:
secara semantik, unsur yang satu pada frasa endosentrik apositif memunyai makna
sama dengan unsur yang lain. Unsur yang dipentingkan merupakan unsur pusat,
sedangkan unsur keterangan merupakan aposisi.
Contoh: Alfia, putri Pak Bambang,
berhasil menjadi pelajar teladan.
C. Kelas Frasa
Frasa dibagi menjadi enam kelas
kata. Pembagian frasa meliputi frasa benda, kerja, sifat, keterangan, bilangan,
dan depan.
1. Frasa Benda atau Frasa Nomina:
frasa yang distribusinya sama dengan kata benda. Unsur pusat frasa benda, yaitu
kata benda.
Contoh:
a. Dita menerima hadiah ulang tahun.
b. Dita menerima hadiah.
Frasa "hadiah ulang tahun"
dalam kalimat distribusinya sama dengan kata benda "hadiah". Oleh
karena itu, frasa "hadiah ulang tahun" termasuk frasa benda atau
frasa nomina.
2. Frasa Kerja atau Frasa Verba:
frasa yang distribusinya sama dengan kata kerja atau verba.
Contoh: Adik sejak tadi akan menulis
dengan pensil baru.
Frasa "akan menulis"
adalah frasa kerja, karena distribusinya sama dengan kata kerja
"menulis" dan unsur pusatnya kata kerja, yaitu "menulis".
3. Frasa Sifat atau Frasa Adjektiva:
frasa yang distribusinya sama dengan kata sifat. Frasa sifat memunyai inti
berupa kata sifat. Kesamaan distribusi itu dapat dilihat pada jajaran berikut.
Contoh:
a. Lukisan yang dipamerkan itu
memang bagus-bagus.
b. Lukisan yang dipamerkan
itu-bagus-bagus.
4. Frasa Keterangan atau Frasa
Adverbia: frasa yang distribusinya sama dengan kata keterangan. Biasanya inti
frasa keterangan juga berupa kata keterangan dan dalam kalimat sering menduduki
fungsi sebagai keterangan.
a. Frasa keterangan sebagai
keterangan:
Frasa keterangan biasanya memunyai
keleluasaan berpindah karena berfungsi sebagai keterangan. Oleh karena itu,
frasa keterangan dapat terletak di depan atau di belakang subjek atau di awal
dan di akhir kalimat.
Contoh:
1. Tidak biasanya dia pulang larut
malam.
2. Dia tidak biasanya pulang larut
malam.
3. Dia pulang larut malam tidak
biasanya.
b. Frasa keterangan sebagai
keterangan pada kata kerja.
Contoh: Saya tidak hanya bertanya,
tetapi juga mengusulkan sesuatu.
5. Frasa Bilangan atau Frasa
Numeralia: frasa yang distribusinya sama dengan kata bilangan. Pada umumnya
frasa bilangan atau frasa numeralia dibentuk dengan menambahkan kata penggolong
atau kata bantu bilangan.
Contoh: Dua orang serdadu
menghampirinya ke tempat itu.
6. Frasa Depan atau Frasa
Preposisional: frasa yang terdiri atas kata depan dengan kata lain sebagai
unsur penjelas.
Contoh: Laki-laki di depan itu
mengajukan pertanyaan kepada pembicara.
D. Frasa Yang Bersifat Ambigu
Ambiguitas terkadang ditemui dalam
susunan frasa. Ambiguitas berarti kegandaan makna.
Contoh: Kambing hitam dan mobil
tetangga baru.
Frasa kambing hitam dapat memunyai
dua makna, yakni kambing yang berbulu (berwarna) hitam dan sebuah ungkapan yang
berarti orang yang dipersalahkan. Frasa mobil tetangga baru juga dapat memiliki
dua makna, yakni yang baru adalah mobil (milik tetangga) dan yang baru adalah
tetangga (bukan mobilnya). Frasa ambigu akan menjadi jelas jika digunakan dalam
kalimat.
0 komentar:
Posting Komentar
*Berkomentarlah dengan sopan dan bijak sesuai isi konten
*Dilarang menyisipkan iklan, link aktif, promosi, dan sebagainya